Sumber: id.wikipedia.org |
Pada hari Kamis
tanggal 14 Desember 2017 yang lalu bagian Kemahasiswaan UIN Jakarta menggelar
Harun Nasution Memorial Lecture, kegiatan ini dilaksanakan di Auditorium Harun
Nasution UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Acara digelar dalam rangka
mengenalkan profil dan kiprah keilmuan almarhum Prof. Dr. Harun Nasution bagi
para mahasiswa UIN Jakarta menandaskan banyaknya sikap dan pengalaman hidup
yang perlu ditauladani.
Siapakah Harun
Nasution? Harun Nasution lahir pada tanggal 23 September 1919 di Pematang
Siantar, Sumatra Utara. Beliau merupakan anak ke 4 dari 5 bersaudara. Putra
dari Abdul Jabar Ahmad, seorang pedagang dari Mandailing dan Qodhi (Penghulu),
pada masa pemerintahan Belanda di kabupaten Simalungun, Pematang Siantar,
seorang Ulama yang menguasai kitab-kitab Jawa dan suka membaca kitab Kuning
berbahasa Melayu. Sedangkan Ibunya seorang Boru Mandailing Tapanuli, Maimunah
keturunan seorang Ulama, ibunya pernah bermukim di Mekkah, dan mengikuti beberapa
kegiatan di Masjidil Haram.
Harun Nasution
memulai pendidikannya di sekolah Belanda, Hollandsch Inlandche School
(HIS). Setelah tamat di HIS, Harun mempunyai keinginan untuk meneruskan sekolah
ke MULO, akan tetapi orang tuanya tidak merestui keinginannya karena menganggap
pengetahuan umumnya sudah cukup dengan sekolah di HIS. Akhirnya, dia
melanjutkan pendidikan ke sekolah agama yang bersemangat modern, yaitu Moderne
Islamietische Kweek School (MIK), sederajat MULO di Bukit Tinggi.
Di Negeri
Padang Pasir itu, Harun Nasution tidak lama, dan memohon pada orang tuanya agar
mengijinkan pindah studi ke Mesir. Di Mesir dia mulai mendalami Islam pada
Fakultas Ushuluddin, Universitas Al-Azhar. Tidak puas dengan ilmu yang di
dapatkan di universitas tersebut, lalu pindah ke Universitas Amerika di Kairo.
Di Universitas tersebut, Harun bukan mendalami hukum-hukum Islam melainkan
mendalami ilmu pendidikan dan ilmu sosial.
Beliau wafat di
Jakarta pada tanggal 18 September 1998. Almarhum yang pernah memimpin UIN
Jakarta (dulu, IAIN Jakarta) sepanjang 1973-1984.
Kegiatan Harun
Nasution Memorial Lecture diselenggarakan dengan menghadirkan dua guru besar
UIN Jakarta, yakni Prof. Dr. Yunan Yusuf dan Prof.Dr. Suwito. Diketahui, baik
Yunan maupun Suwito, merupakan dua dari banyak mahasiswa yang pernah dididik
Harun. Tak hanya itu, keduanya juga pernah menjadi rekan sebagai pengajar di
UIN Jakarta.
Dalam paparannya, Yunan menuturkan, Harun
merupakan sosok intelektual yang sangat disiplin dan rasionalis. Sebagai
intelektual bercorak rasionalis, sambungnya, Harun memosisikan Islam tidak
hanya dilihat dari satu aspek atau terpaku pada satu madzhab. “Islam harus
dipandang secara luas, kendati seluruhnya kembali kepada penegasan atas
ke-Tauhid-an Allah SWT. Dengan begitu, Islam bukan hanya tentang ibadah
melainkan islam juga meliputi sejarah, peradaban dan politik,” katanya.
Sementara Suwito menyampaikan penilaian
bahwa Harun Nasution merupakan figur yang memiliki komitmen dalam pendidikan
dan pengajaran. Menurutnya, Harun adalah sosok intelektual yang lebih
memprioritaskan mengajar mahasiswa dibanding hadir dalam rapat-rapat birokrasi.
Selain kiprah keilmuan, Rektor menambahkan,
figur keseharian almarhum Harun juga layak dicontoh. Menurutnya, saat ada
jadwal mengajar, almarhum selalu datang sebelum jam perkuliahan dimulai sehingga
kegiatan perkuliahan bisa dimulai tepat waktu. “Almarhum bahkan enggan menerima undangan yang
menghambat jadwal mengajarnya,” tambahnya. Lebih dari seorang guru dan
pimpinan, sambungnya, almarhum Harun adalah sosok ayah bagi setiap
mahasiswanya. Ia mendukung penuh mereka sehingga bisa melanjutkan studi, bahkan
ia membiayai mahasiswa yang terhambat finansial.
Baca
selengkapnya di http://www.uinjkt.ac.id/id/uin-jakarta-gelar-harun-nasution-memorial-lecture/
1 Komentar
baru tau uin ada acara itu ya Nasution Memorial Lecture
BalasHapus